Sintilasi Ionosfer
Ionosfer dengan kandungan elektron dan ion didalamnya dapat mempengaruhi penjalaran sinyal satelit yang menuju ke penerima di bumi. Perubahan kandungan elektron dan ion di ionosfer dipengaruhi aktivitas matahari. Aktivitas matahari yang tinggi akan menyebabakan gangguan di ionosfer semakin tinggi. Gangguan pada ionosfer dapat menyebabkan masalah yang pada aplikasi gelombang radio seperti radio komunikasi, sistem navigasi satelit dan cuaca antariksa sehingga penelitian gangguan ionosfer menjadi subjek yang penting dalam kontribusi riset cuaca antariksa. Sinyal radio dari satelit saat melewati yang ionosfer terganggu akan menyebabkan gangguan pada putaran faraday sinyal dan sinyal juga mengalami fluktuasi secara cepat pada amplitudo dan fasa yang diterima di receiver akibat ketidakteraturan kerapatan elektron medium ionosfer. Fluktuasi ini dikenal sebagai sintilasi ionosfer.
Gambar 1. Skema sinyal satelit GPS yang mengalami
sintilasi ionosfer. Kesalahan jarak posisi navigas disebabkan gangguan sinitlasi ionosfer dan sinyal fading pada sistem penerima GPS. (sumber:www.doncio.navy.mil/chips)
Gangguan sinyal
satelit akibat kemunculan sintilasi ionosfer ini telah dilaporkan diantaranya
dapat menyebabkan fading pada power sinyal, cycle slip,
loss of lock dimana penerima
kesulitan melakukan penguncian sinyal dan lainnya. Kajian tentang fenomena gangguan sintilasi ionosfer
telah dilakukan dengan band frekuensi mulai dari VHF, UHF, L band hingga K
band. Daerah dengan kemunculan sintilasi ionosfer yang paling tinggi adalah
daerah ekuator dengan karakateristik yang khas, sehingga sering dikenal sebagai
fenomena sintilasi ionosfer ekuatorial. Gambar 2
menunjukkan hasil penelitan kemunculan gangguan sintilasi pada band L yang
memperlihatkan daerah kutub dan daerah equator memiliki tingkat sintilasi yang
tinggi terutama pada saat aktivitas matahari maksimum.
Gambar 2. Kemunculan sintilasi
ionosfer pada band frekuensi L pada aktivitas maksimum dan minimum matahari
dimana daerah ekuator memiliki kemunculan yang tinggi.
Sumber (www.http://roma2. rm.ingv.it)
Indeks sintilasi ionosfer
Untuk
menyatakan gangguan sintilasi ionosfer maka indeks sintilasi ionosfer yang saat
ini sudah lazim digunakan adalah indeks S4 dan σϕ yang masing-masing menyatakan intensitas
amplitudo sintilasi dan fasa sintilasi yang berpengaruh pada penerima GNSS.
Indeks sintilasi S4 adalah simpangan baku intensitas sinyal yang diterima
sinyal pada interval waktu tertentu (biasanya selama 60 detik). Demikian juga
dengan indeks fasa sintilasi σϕ adalah simpangan baku dari detrend
fasa dari gelombang pembawa dalam interval waktu 60 detik. Ganggauan sintilasi
dengan indeks S4 lebih dari 0,5 sudah memperlihatan gangguan yang serius
berdampak pada sistem komunikasi satelit. Gambar 3 adalah contoh hasil
monitoring sintilasi ionosfer yang dilakukan oleh LAPAN Bandung yang menunjukkan
kemunculan sintilasi ionosfer dengan indeks S4 yang melebihi 0,5 dari beberapa
satelit GPS yang mengalami sintilasi ionosfer. Warna dalam gambar 3 menujukkan
ciri dari satelit GPS tertentu. Data diambil dari pengamatan di Bandung tanggal
26 September 2012.
Gambar3. Contoh hasil monitoring
sintilasi ionosfer (indeks S4) yang menunjukkan gangguan dengan indeks lebih
dari 0,5 pada sekitar jam 19:00 waktu lokal dari pengamatan di Bandung tanggal
26 September 2012.
Dari contoh gambar 3 tersebut maka
dapat diketahui satelit mana saja yang mengalami sintilasi ionosfer dan juga
dapat diketahui pada posisi mana satelit tersebut sehingga dapat dilakukan
manajemen, seleksi satelit ataupun penjadwalan pengukuran untuk menghindari
dampak gangguan sintilasi ionosfer pada pengukuran posisi menggunakan navigasi
satelit GNSS.
Wilayah dirgantara Indonesia terletak di daerah ekuatorial sehingga kajian
yang intensif serta monitoring fenomena gangguan
sintilasi merupakan kegiatan penelitian yang penting yang saat ini terus
dilakukan oleh LAPAN. Hasil penelitian dari kajian tentang fenomena sintilasi
ekuatorial ini diharapkan dapat memahami karakteristik kemunculan sehingga
diperoleh pemetaan gangguan dan diperoleh juga model gangguan. Hasil monitoring
melaporkan bahwa kemunculan sintilasi ionosfer lebih tinggi pada bulan-bulan
ekuinoks yaitu bulan Maret dan September pada setiap tahunnya. Kemunculannya
akan meningkat pada siklus maksimum dari aktivitas matahari. Sampai saat ini
LAPAN terus melakukan kajian fenomena gangguan sintilasi ionosfer dengan
memasang penerima GPS/ GNSS di beberapa balai dan loka pengamat dirgantara yang
dimiliki oleh LAPAN. Metode pemetaan dan pemodelan gangguan ionosfer sedang
dikembangkan dimana hasil kajian ini diharapkan dapat digunkan oleh operator
satelit serta pengguna lainya yang sangat memerlukan informasi cuaca antariksa
umumnya dan gangguan ionosfer khususnya.
No comments:
Post a Comment